BAB II
PEMBAHASAN
Agama dan kebudayaan Islam mengalami perkembangan yang cukup
pesat di wilayah Indonesia. Perkembangan ini berawal dari masyarakat indonesia
yang berada di daerah pesisir pantai. Dari daerah pesisir pantai inilah, agama
dan kebudayaan Islam dikembangkan ke daerah pedalaman oleh para ulama.
Perkembangan di daerah pedalaman ini ditujukan kepada kelangan istanan yaitu
raja, keluarga raja dan kaum bangsawan. Apabila raja dan kaum bangsawan telah
masuk islam, maka rakyat sangat patuh dan taat terhadap perintah-perintah
rajanya.
Berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan di Indonesia, para ahli
menafsirkan bahwa agama dan kebudayaan islam diperkirakan masuk ke Indonesia
pada sekitar abad ke 7 M, yaitu pada masa kekuasaan kerajaan Sriwijaya. Penafsiran
para ahli ini diperkuat dengan berita-berita pada masa itu telah terdapat
pedagang-pedagang Arab yang melakukan aktifitas perdagangan di Kerajaan
Sriwjaya, bahkan mereka telah memiliki perkampungan tempat tinggal sementara
dipusat Kerajaan Sriwijaya.
Pendapat lain membuktikan bahwa agama dan kebudayaan Islam masuk
ke wilayah Indonesia dibawa oleh para pedagang Islam dari Gujarat (India). Hal
ini dilihat dari penemuan unsur-unsur Islam di Indonesia yang memiliki
persamaan dengan India seperti batu nisan yang dibuat oleh orang-orang kambay,
Gujarat. Berdasarkan bukti-bukti ini para ahli membuat sebuah kesimpulan bahwa
agama dan kebudayaan Islam telah masuk ke Indonesia pada abad ke 7 M dibawa
para pedagang dari Arab. Persia dan India (Gujarat) dan berkembang secara nyata
sekitar abad ke 13 M.
A.
Teori tentang Masuknya Islam ke Indonesia
a.
Teori Gujarat
Teori
berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya
berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di
Indonesia.
b.
Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –
Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya
batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak
khas
Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim
dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih
memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu
adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo
dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia
menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan
banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
b. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan
terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
Dasar teori ini adalah:
a.
Pada abad ke 7 yaitu tahun
674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam
(Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan
perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b.
Kerajaan Samudra Pasai
menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada
waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. SedangkanGujarat/India adalah penganut
mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar
tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur
dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13
sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh
sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses
penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
c.
Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya
Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan
Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran.
Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi
dari Iran yaitu Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab
untuk tanda- tanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren
adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A.
Hussein Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki
kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah
disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7
dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam
penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
B. Jalur Masuknya Islam di
Indonesia
Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam pertama kali masuk di
Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut strategisnya letak Perlak,
yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut perdagangan internasional dari barat
ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan Samudra Pasai.
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai
dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada
tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik.
Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah
satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik
Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H
atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam
kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah
makam keluarga istana Majapahit.
Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh
bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu
Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno.
Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418
M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari
Majapahit karena bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno.
Di Kalimantan Timur, Islam masuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua
orang penyiar agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan
Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan
Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di
Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang
bertuliskan angka tahun 1434 M.
Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo.
Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut
catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja
keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara lain dari Demak, Tuban,Gresik, Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk
melalui bagian utara, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan
Islam di daerah ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh
Amin, Syekh Mansyur, Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.
C.
Cara Masuknya Islam di
Indonesia
Sejarah
mencatat bahwa kaum pedagang memegang peranan penting dalam
persebaran agama dan kebudayaan Islam. Letak Indonesia yang strategis
menyebabkan timbulnya bandarbandar perdagangan yang turut membantu mempercepat
persebaran tersebut. Di samping itu, cara lain yang turut berperan ialah
melalui dakwah yang dilakukan para mubaligh.
1. Peranan Kaum Pedagang
Seperti
halnya penyebaran agama Hindu-Buddha, kaum pedagang memegang
peranan penting dalam
proses penyebaran agama Islam, baik pedagang dari
luar Indonesia
maupun para pedagang Indonesia.
Para
pedagang itu datang dan berdagang di
pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir. Malaka merupakan pusat transit para
pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar Malaka seperti Perlak dan
Samudra Pasai juga didatangi para pedagang. Mereka
tinggal di tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama, untuk menunggu datangnya
angin musim. Pada saat menunggu inilah, terjadi pembauran antarpedagang dari
berbagai bangsa serta antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling
memperkenalkan adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan hanya melakukan
perdagangan, bahkan juga terjadi asimilasi melalui perkawinan.
Di
antara para pedagang tersebut, terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang
umumnya beragama Islam. Mereka mengenalkan agama dan budaya Islam
kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah ada
penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam. Lama-kelamaan penganut agama Islam
makin banyak. Bahkan kemudian berkembang perkampungan para pedagang Islam di daerah pesisir.
Penduduk
setempat yang telah memeluk agama Islam kemudian menyebarkan Islam kepada
sesama pedagang, juga kepada sanak familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang
dimasyarakat Indonesia.
Di samping itu para pedagang dan pelayar tersebut juga ada yang menikah dengan
penduduk setempat sehingga lahirlah keluarga dan anak-anak yang Islam.
Hal
ini berlangsung terus selama bertahun-tahun sehingga akhirnya muncul sebuah
komunitas Islam, yang setelah kuat akhirnya membentuk sebuah pemerintahaan
Islam. Dari situlah lahir kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.
2. Peranan Bandar-Bandar di Indonesia
Bandar merupakan tempat berlabuh kapal-kapal atau
persinggahan kapal-kapal dagang.
Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan juga digunakan sebagai tempat
tinggal para pengusaha perkapalan.
Sebagai negara kepulauan yang terletak pada jalur perdagangan internasional,
Indonesia memiliki banyak bandar. Bandar-bandar ini memiliki peranan dan arti
yang penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia.
Di
bandar-bandar inilah para pedagang beragama Islam memperkenalkan Islam kepada
para pedagang lain ataupun kepada penduduk setempat. Dengan demikian, bandar
menjadi pintu masuk dan pusat penyebaran agama Islam ke
Indonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota pusat kerajaan yang
bercorak Islam pada umunya terletak di pesisir-pesisir dan muara sungai.
Dalam
perkembangannya, bandar-bandar tersebut umumnya tumbuh menjadi kota bahkan
ada yang menjadi kerajaan, seperti Perlak, Samudra Pasai, Palembang, Banten,
Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa,
Ternate, dan Tidore. Banyak pemimpin bandar yang memeluk agama Islam.
Akibatnya, rakyatnya pun kemudian banyak memeluk agama Islam.
Peranan
bandar-bandar sebagai pusat perdagangan dapat kita lihat jejaknya. Para
pedagang di dalam kota mempunyai perkampungan sendiri-sendiri yang
penempatannya ditentukan atas persetujuan dari penguasa kota tersebut, misalnya
di Aceh, terdapat perkampungan orang Portugis, Benggalu Cina, Gujarat, Arab,
dan Pegu.
Begitu
juga di Banten dan kota-kota pasar kerajaan lainnya. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa kota-kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam
memiliki ciri-ciri yang hampir sama antara lain letaknya di pesisir, ada pasar,
ada masjid, ada perkampungan, dan ada tempat para penguasa (sultan).
3. Peranan Para Wali dan Ulama
Salah
satu cara penyebaran agama Islam ialah
dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam juga
berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang
dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara
para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan
sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis
budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu,
para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan
Islam.
Di
Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali
ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri
kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang
memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga
adalah penasihat sultan.
Karena dekat dengan
kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang
dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut.
1)
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Inilah wali yang pertama datang ke Jawa
pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Beliau ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai
perintis lembaga pesantren. Wafat tahun 1419 M (882 H) dimakamkan
di Gapura Wetan Gresik, Jawa
Timur.
2)
Sunan Ampel (Raden Rahmatullah)
Menyiarkan
Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau mendirikan pesantren di Ampel
denta, dekat Surabaya, berperan aktif
dalam membangun Masjid Agung Demak yang
dibangun pada tahun 1479 M. Beliau juga mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah sebagai
Sultan pertama.Beliau wafat di desa Ampel
tahun 1481 M.
3)
Sunan Derajad (Syarifudin)
Nama aslinya adalah
Syarifudin. Menyiarkan agama di
sekitar Surabaya. Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga
mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai
daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
4)
Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir
tahun 1464. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan
yang sangat bijaksana.
5)
Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka
Said)
Murid
Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan
filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
6)
Sunan Giri (Raden Paku)
Menyiarkan
Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Nusa
Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan
metode bermain.
7)
Sunan Kudus (Jafar Sodiq)
Menyiarkan
Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid
dan Menara Kudus.
8)
Sunan Muria (Raden Umar Said)
Menyiarkan
Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.
Sangat dekat dengan rakyat jelata.
9)
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Menyiarkan
Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang
pemimpin berjiwa besar.
D. Bukti Masuknya Islam di Indonesia
Masuknya Islam ke Indonesia antara abad 7 dan 8,
buktinya pada abad 7 dan 8 telah terdapat perkampungan Islam di sekitar Malaka.
§ Islam masuk ke Indonesia pada abad 11, buktinya
Nisan Fatimah binti Maimun di desa Leran (Gresik) Jawa Timur yang berangkat tahun 1082c
§ Islam masuk ke Indonesia pada abad 13, buktinya :
- Batu
nisan Sultan Malik Al Saleh berangka tahun 1297
- Catatan Marcopolo tahun 1292 yang menyatakan bahwa penduduk Perlak telah
- Catatan Marcopolo tahun 1292 yang menyatakan bahwa penduduk Perlak telah
memeluk agama islam
- Catatan Ibnu Batutah tahun 1345 -1346 yang menyatakan bahwa penguasa Samudra
- Catatan Ibnu Batutah tahun 1345 -1346 yang menyatakan bahwa penguasa Samudra
Pasai menganut paham Syafi’i
- Catatan Ma Huan yang menyatakan bahwa pada abad 15 sebagian besar masyarakat di
- Catatan Ma Huan yang menyatakan bahwa pada abad 15 sebagian besar masyarakat di
Pantai Utara Jawa Timur telah memeluk agama Islam
- Summa Oriental karya dari Tome Pires yang memberitahukan tentang penyebaran
- Summa Oriental karya dari Tome Pires yang memberitahukan tentang penyebaran
Islam meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga kepulauan Maluku.